Minggu, 29 Maret 2009

TURBO vs NOS




Bagi penyuka RPM tinggi, Turbo dan NOS ibarat sayur dan garam. Keduanya bisa dipilih sesuai fungsi dan secara instan akan menyuplai tenaga besar untuk mendongkrak performa tunggangan kesayangan.

amun jangan salah pilih spesifikasi Turbo atawa NOS yang ingin dipilih, salah-salah mesin bisa over heat terus meleduk. "Sesuaikan dengan kemampuan mesin. Dan pilih sesuai dengan kebutuhan".Pada prinsipnya, terdapat dua pilihan Turbo di pasaran, yaitu Turbo Kit dan Turbo Bolt On / Custom. Turbo kit mempunyai kelebihan dari sisi kemudahan instalasi, serta dari sisi keindahan, lantaran tipe kit sudah disesuaikan sistem piping-nya dengan karakter dan lekuk kompartemen mobil. "Bisa dilihat dari sisi finishing sambungan las-nya" tambah Rudy. Namun, biasanya angka yang ditawarkan dirasa kurang dramatis. "Buat kit, standar ideal untuk setingan harian adalah 0,5-0,6 bar dengan penambahan tenaga 40-60%. Namun jika ingin lebih harus melakukan modifikasi alias customized" Di after market banyak sekali turbo kit yang dipasarkan seperti Greedy atau HKS.

Nah, buat yang ingin lebih berani, Turbo bolt on bisa dijadikan pilihan. Peranti yang dipilih juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kocek yang ada. Setiap mekanik mempunyai bumbu serat komposisi yang berbeda dalam menghadapi setingan turbo custom. "Salah satu hal yang paling menentukan adalah A-R Ratio-nya harus sesuai dengan karakter mesin dan kebutuhan. Tenaga yang ditawarkan untuk sistem bolt on ini jelas diatas 60% dari tenaga standar bawaan pabrikan. Untuk perantinya sendiri tergantung kocek serta keinginan kita. Dimulai dari besar rumah keong hingga tingkat efisiensi dari intercooler. "Jika budget yang disediakan cekak, pilihan bolt on merupakan hal yang tepat lantaran spesifikasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya, jika ingin optimal pada semua tarikan, pilih turbo kit dengan merubah ukuran rumah keong yang lebih besar"


Nitrous System
Sistem instant lainnya adalah NOS. Terbagi atas dua sistem yaitu dry dan wet systems. Disebut Sistem Dry lantaran pada nosel tidak terdapat campuran bensin sedangkan pada wet system, pada nosel terdapat campuran bensin untuk proses boosting. Efeknya jelas lebih "maut" sistem wet. Namun tentu sistem ini lebih mahal. Pada mobil rakitan Jepang, pada umumnya tenaga yang ditawarkan akan menambah hingga 60Hp. Sedangkan untuk beberapa mobil Eropa, angka 80 HP bisa diraih.

Baik Turbo dan NOS bisa diadopsi dalam sebuah mesin. Pada prinsipnya kedua peranti ini akan optimal jika sang mekanik mampu menggbunngkannya menjadi sebuah senjata rahasia. Selanjutnya adalah tinggal pemilihan karakter mesin. Mesin dengan sistem injeksi akam mempunyai karakter tenaga yang merata pada semua lini. Sedangkan untuk karburator hanya salah satu lini saja yang akan mapmu bekerja optimal. "Injeksi mempunyai kontrol elektris yang lebih bisa dikontrol value-nya secara komputerisasi. Sedangkan karburator menggunakan sistem mekanikal yang mempunyai beberapa kendala"

Asmara Subuh Di Palembang #2





Suasana lain "Asmara Subuh" di daerah KM 10 Griya Talang Kelapa di mana mereka berkumpul di pinggir jalan sambil melihat "BALI" (Balap Liar).

"BALI" Balap Liar





Dengan track yang tidak terlalu panjang (+/- 2 KM) mereka meluncur "memecut" motor mereka agar dapat lari sekencang mungkin, setiap tahun ini di lakukan remaja di kawasan Talang Kelapa selain "track" jalan yang mendukung dan ramainya penonton menambah PEBALI ini jadi semangat, padahal bahaya mengancam.

Balap Liar Di Jakabaring



Kawasan Jakabaring di sore hari terutama hari libur merupakan tempat yang asik bagi para Pebali untuk balapan motor di kawasan ini, jarak tempuh yang tidak lebih dari 1 kilo dengan track yang lurus memang memacu adrenalin untuk memecut RPM motor setinggi mungkin di sini

Rabu, 18 Maret 2009

All About EMO, HERE !!

Emo merupakan jenis musik yang masih serumpun dengan punk. Emo sendiri banyak yang menyebutkan berasal dari kata emotion, emotional, atau emotive.
Selain Story of The Year, band-band asing lainnya yang termasuk kategori beraliran emo yaitu Dashboard Confessional, Finch, The Used, Rufio, Thrice, Silverstein, Brand New, Early November, Good Charlotte, Funeral For A Friend, Matchbox Romance, All American Reject, Ataris, dll. Beberapa dari band tersebut ada yang tidak mau menyebutkan diri mereka sebagai band beraliran emo, mereka lebih suka menyebutkan mereka hanya memainkan musik punk rock dengan sedikit sentuhan pop.
Emo identik dengan musik yang berlirik puitis, melankolis, berarti dalam, mengandung banyak kemarahan dan kesedihan tentang kematian, keinginan untuk bunuh diri, ditinggal kekasih, hidup yang susah atau tentang keluarga yang broken home. Lirik-lirik tadi biasanya disuarakan dengan teriakan yang keras, yang menggambarkan kesedihan mereka.
Band-band emo banyak menggunakan suara-suara gitar yang kompleks dalam lagu mereka, namun tidak jarang yang hanya menggunakan gitar akustik saja. Dibanding musik punk, musik emo seringkali lebih soft dan lambat, atau musik emo mirip dengan musik pop-punk namun sedikit lebih rumit. Ciri khas dari aliran ini yaitu teriakan atau growl yang keras dari vokalisnya untuk lebih mendapatkan soul emosional dari lagu yang mereka bawakan.
Ada juga yang menyebutkan emo kepanjangan dari emocore. Tapi emocore sendiri sebenarnya bisa dikatakan aliran yang berbeda dengan emo. Emocore merupakan campuran antara emopunk dan hardcore. Mungkin bisa disebut juga musik hardcore dengan lirik yang emosional. A Static Lulaby, Underoath, serta Saosin adalah sedikit dari banyak band yang beraliran emocore.
Dari segi musikalitas, sulit dibedakan antara musik emo dengan emocore. Bahkan jika didengar secara selintas, nyaris nggak ada beda. Jadi agak rancu juga menyebutkan perbedaan emo dengan emocore. Membedakan antara musik emo dengan punk rock juga cukup sulit, akibatnya orang seringkali menjadi bingung untuk membedakan antara emo, punk, dan hardcore. Hal ini dipersulit dengan kebiasaan beberapa band yang nggak hanya memainkan satu jenis musik saja, namun mereka sudah teranjur terikat dengan image suatu jenis musik yang biasa mereka mainkan. Maka bila band tersebut memainkan jenis musik yang berbeda maka tidak jarang orang menjadi bingung dan menganggap jenis musik yang mereka mainkan itu sama. Padahal, sah-sah saja kan bila satu band ingin berganti aliran.
Untuk ukuran lokal, yang banyak memainkan jenis musik emo ini adalah band-band indie, tapi ada beberapa band yang udah masuk major label yang musiknya kental dengan corak emo. Di Bandung, band atau grup musik yang mempunyai aliran dekat dengan emo contohnya adalah Bugskin Bugle, Alone At Last, juga Disconnected.
Emo saat ini sudah menjadi gaya hidup. Gaya anak-anak emo di Amerika disebut emo fag. Di Indonesia sendiri banyak anak muda yang meniru style band-band asing yang beraliran emo, mulai dari dandanan, gaya berpakaian, atau tingkah laku. Gaya anak emo merupakan campuran antara gothic, punk dan genre musik lainnya. Berpakaian ala punk, atau memakai kaos yang bertuliskan nama band, piercing, rambut spiffy dengan mata bermaskara, dan memakai eye liner hitam yang tebal. Untuk aksesori banyak juga yang memakai kacamata yang berframe plastik hitam.

Kamis, 05 Maret 2009

Legenda Ikan Patin

Legenda Ikan Patin
Buku 366 Cerita Rakyat Nusantara
Rating : Rating 2.9 2.9 (10 pemilih)

Pada zaman dahulu, di Tanah Melayu hidup seorang nelayan tua bernama Awang Gading. Dia tinggal sendirian di tepi sebuah sungai yang luas dan jernih. Walaupun hidup seorang diri, Awang Gading selalu berbahagia. Dia mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Tuhan. Hari-harinya diha­biskan untuk bekerja mencari ikan dan mencari kayu di hutan.

Suatu hari, Awang Gading mengail di sungai. Sambil berdendang riang, dia menunggui kailnya. Burung-burung turut berkicau menambah kegembiraan Awang Gading. Sudah berkali-kali umpannya dimakan ikan, namun saat kailnya ditarik, ikannya terlepas lagi.

Air pasang telan ke insang, air surut telan ke perut, renggutlah ...! Biar putus jangan rabut,” terdengar dendang Awang Gading sambil melempar pancingnya kembali.

Perlahan hari beranjak petang, na­mun tak seekor ikan pun diperolehnya. “Alangkah tidak beruntungnya diriku hari ini,” keluh Awang Gading. Ia bergegas membereskan peralatan pancingnya dan berniat pulang. Tiba-tiba terdengar tangisan bayi. Dengan penasaran, Awang Gading mencari asal suara tersebut. Tak lama kemudian, Awang Gading melihat bayi perem­puan tergolek di atas batu. Rupanya dia baru saja dilahirkan oleh ibunya.

“Anak siapa gerangan? Kasihan, ditinggal seorang diri di tepi sungai,” gumam Awang Gading kemudian membawa pu­lang bayi perempuan tersebut. Malam itu juga Awang Gading menghadap tetua kampungnya untuk memperlihatkan bayi yang ditemukannya.

“Berbahagialah Awang, karena kamu dipercaya raja penghuni sungai untuk memelihara anaknya. Rawatlah dia dengan baik,” pesan Tetua Kampung.

Keesokan harinya, Awang Gading meng­adakan tasyakuran atas hadirnya bayi di tengah kehidupannya. Awang me­ngun­dang seluruh tetangganya. Awang Gading memberi nama bayi tersebut Da­yang Kumunah.

“Dayang sayang, anakku seorang .... Cepatlah besar menjadi gadis dambaan,” dendang Awang Gading saat menimang-nimang Dayang Kumunah.

Sejak kehadiran Dayang, Awang ber­tam­bah rajin bekerja. Awang memberi­kan kasih sayang dan perhatian yang melimpah untuk Dayang. Berbagai penge­tahuan yang dimiliki ditularkannya kepada Dayang. Tak lupa pelajaran budi pekerti juga dibe­rikannya. Kadang diajaknya Dayang men­­cari kayu atau mengail untuk mengenal alam secara lebih dekat.

Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi. Dia juga rajin membantu bapaknya. Sayang, Dayang Kumunah tidak pernah tertawa.

Suatu hari, seorang pemuda kaya bernama Awangku Usop singgah di ru­mah Awang Gading. Dia terpesona saat melihat kecantikan Dayang Kumunah. Tak lama kemudian Awangku Usop melamar Dayang pada Awang Gading. Lamaran Awangku Usop diterima, tetapi Dayang Kumunah mengajukan syarat.

“Kanda Usop, sebenarnya kita berasal dari dua dunia yang berbeda. Saya berasal dari sungai dan mempunyai kebiasaan yang berlainan dengan manusia. Saya akan menjadi seorang istri yang baik, tetapi jangan minta saya untuk tertawa,” pinta Dayang Kumunah.

Awangku Usop menyetujui syarat tersebut.

Pernikahan mereka diadakan dengan pesta yang sangat meriah. Semua tetangga dan kerabat kedua mempelai diundang. Aneka hidangan ter­sedia dengan melim­pah. Seluruh undangan gembira menyak­sikan pasangan pengantin itu. Dayang Kumunah gadis yang sangat cantik dan Awangku Usop seorang pemuda yang sangat tampan. Sungguh pasangan yang serasi.

Awangku Usop dan Dayang Ku­mu­­nah hidup berbahagia. Namun, kebaha­giaan mereka tak berlangsung lama. Beberapa minggu setelah pernikah­an, Awang Gading meninggal dunia. Hingga berbulan-bulan Dayang Kumunah ber­sedih meskipun Awang Usop selalu berusaha membahagiakan hati istrinya tersebut. Untunglah, kesedihan Dayang Kumunah segera terobati dengan ke­lahiran anak-anaknya yang berjumlah lima orang. Meskipun kini telah memiliki lima orang anak, Awangku Usop merasa kebahagiaannya belum lengkap sebelum melihat Dayang Kumunah tertawa.

Suatu hari, anak bungsu mereka mulai dapat berjalan dengan tertatih-tatih. Semua anggota keluarga tertawa bahagia melihatnya, kecuali Dayang Ku­mu­nah. Awangku Usop meminta Da­yang Kumunah untuk tertawa. Dayang Kumunah menolaknya, namun suaminya terus mendesak. Akhirnya, Dayang pun tertawa. Saat tertawa itu, tampaklah insang ikan di mulut Dayang Kumunah yang menandakan ia keturunan ikan. Setelah itu, Dayang segera berlari ke sungai. Awangku Usop beserta anak-anaknya heran dan mengikutinya. Perlahan-lahan tubuh Da­yang berubah menjadi ikan. Awangku Usop dan anak-anaknya ditinggalkannya. Awangku Usop telah mengingkari janjinya dengan meminta Dayang Kumunah tertawa.

Awangku Usop segera menyadari ke­khilafannya dan meminta maaf. Dia meminta Dayang Kumunah kembali ke rumah mereka. Namun, semua sudah terlambat. Dayang telah terjun ke sungai. Dia telah menjadi ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengilat tanpa sisik. Mukanya menyerupai raut manusia. Ekornya seolah-olah sepasang kaki yang bersilang. Orang-orang menyebutnya ikan patin.

Awangku Usop dan anak-anaknya sangat bersedih. Mereka berjanji tidak akan makan ikan patin karena dianggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya ada sebagian orang Melayu yang tidak makan ikan patin.

Penulis: Daryatun